Sabtu, 24 September 2011

Memahami Kegagalan

Man Jadda Wajada: Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti dapat. Sudah sangat sering kita mendengar pepatah yang satu ini. Tapi, sudahkah kita mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari?
            Banyak contoh yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tidak menerapkan prinsip ini. Mereka cepat menyerah, berhenti berusaha, dan menyerah pada nasib hanya karena mengalami kegagalan. Padahal tak ada satupun tokoh sukses di seluruh dunia yang tak pernah mengalami kegagalan.  Mereka pasti meraih kesuksesan itu dengan kerja keras, pantang menyerah dan tidak mudah putus asa walaupun telah mengalami kegagalan berkali-kali.
Mari kita ambil contoh dari salah satu tokoh besar yang dapat kita ambil pelajaran darinya yaitu Thomas Alva Edison. Thomas Alva Edison, ilmuan besar penemu lampu pijar,  pada mulanya dia dianggap bodoh oleh gurunya sehingga dikeluarkan dari sekolahnya. Tapi Edison tidak patah semangat. Dia terus-menerus berusaha hingga akhirnya dia menjadi seorang penemu besar.
Penemuan terbesar Thomas Alva Edison adalah lampu pijar. Pada saat menemukan Lampu Pijar ini Thomas Alfa Edison mengalami kegagalan sebanyak 9.998 kali. Baru pada percobaannya yang ke 9.999 dia berhasil secara sukses menciptakan lampu pijar yang benar-benar menyala terang. Pada saat keberhasilan dicapainya, dia sempat ditanya: Apa kunci kesuksesannya. Thomas Alfa Edison menjawab: “Saya sukses, karena saya telah kehabisan apa yang disebut kegagalan”. Bayangkan dia telah ribuan kali mengalami kegagalan. Bahkan saat dia ditanya apakah dia tidak bosan dengan kegagalannya, Thomas Alfa Edison menjawab: “Dengan kegagalan tersebut, saya malah mengetahui ribuan cara agar lampu tidak menyala”. Luar biasa, Thomas Alfa Edison memandang kegagalan dari kaca mata yang sangat positif. Kegagalan bukan sebagai kekalahan tapi dipandang dari sisi yang lain dan bermanfaat, yaitu mengetahui cara agar lampu tidak menyala.
Tokoh  Ilmuan besar lain yang dapat kita ambil pelajaran darinya yaitu Albert Einstein. Sampai usianya empat tahun, Einstein tak bisa bicara. Hingga usia 7 tahun ia tak bisa membaca. Gurunya menggambarkan Einstein kecil sebagai anak yang memiliki mental rendah, antisosial, dan terobesi dengan mimpi-mimpi konyolnya.
Ketika dewasa, Einstein ditolak masuk Zurich Polytechnic School. Bahkan ketika ia masuk The University of Ber, disertasi Ph.D-nya tak diterima karena dianggap tak relevan. Namun dari mimpi-mimpi yang oleh kebanyakan orang tak masuk akal itulah Einstein terus berusaha hingga akhirnya ia menciptakan sejumlah penemuan yang menjadi dasar ilmu pengetahuan.
Selain dari para ilmuwan, kita juga dapat belajar dari kisah hidup seorang legenda hidup NBA yang dikenal dengan akurasi lemparan dan gaya slam dunk-nya yang seolah berjalan di udara yaitu Michael Jordan. Sebelum mencapai kepiawaiannya itu, Michael Jordan pernah mengalami kegagalan demi kegagalan. Namun ia tak pernah menyerah untuk mencoba memperbaiki dan memperbaikinya lagi. Bahkan dalam pertandingan resmi pun, ribuan kali lemparannya tak menghasilkan angka.
"Selama karir saya, lebih dari 9000 kali lemparan saya tak membuahkan angka. Saya kalah dalam 300 pertandingan dan 26 kali saya dipercaya melakukan winning shot, tetapi gagal. Saya sering mengalami kegagalan dan gagal lagi dan gagal lagi dalam hidup saya. Tapi itulah yang membuat saya sukses...."
 Dari kisah-kisah di atas kita dapat belajar bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Justru kegagalan itu adalah sebuah batu loncatan untuk kita menuju kesuksesan. Oleh karena itu sebagai generasi muda, kita jangan mudah putus asa karena mengalami kegagalan satu atau dua kali. Kita harus terus mencoba dan berusaha. Dengan begitu, apapun yang kita cita-citakan inya allah  akan tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar